Saturday, April 30, 2016

Resensi Film

May Who?
Film Thiland yang satu ini sukses mencuri pehatiaan publik thailand dan juga mancanegara termasuk Indonesia. Film yang bergenre Romantic Comedy ini berkisah tentang seorang gadis yg bersekolah di sekolah gabungan Thailand dan Jepang, yang memiliki kekuatan khusus seperti superhero. Awal mula kisah ini menceritakan tentang pembagian kasta disetiap sekolah, kalian akan mengatakan iya pada saat film ini  menjelaskan kasta-kasta yg ada dalam film ini, kemudian barulah muncul pemeran utama yg kedua yg tidak memiliki kemampuan apa-apa, tidak pintar dan juga tidak pandai mengerjakan apapun dalam segala hal dan dia masuk kedalam kasta yg keenam yaitu kasta pecundang. 
Masalah pertama mulai timbul ketika pemeran utama kedua lupa menaruh tugasnya tetapi malah buku gambarnya yg ditaruh, dan sejak itulah masalah menjadi lebar seisi sekolah mengetahui gambar jorok yg dia gambar, gambar itu hanyalah imajinasinya saja untuk cinta yg tidak pernah terbalas dan akhirnya benar, cintanya tidak terbalas karena yg dia suka tahu bahwa dia ada didalam gambarnya yg jorok itu diapun marah dan melempar buku itu kearah si pemeran utama. Dan pemeran utama kedua ini mencari tahu siapa yg memberikan buku gambarnya kepada orang yg disukanya itu kemudian dia bertemu dengan temannya , untuk mencari tahu siapa yg memberikannya, temannya memberikan clue bahwa may yg memberikan buku itu kepada orang yg dia suka. 
Dan pada scene ini yg paling lucu menurutku karena di film ini menjelaskan bahwa banyak may disekolah itu dan dapat diketahui dengan mudah menggunakan ukuan popularitas disekolah. Dan scene itulah yg menjadikan judul film tersebut ‘MAY WHO’.




Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan empirik) yang  menghasilkan sejumlah  konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah  proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam  menalar yaitu deduktif dan induktif.

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.

Contoh :

Semua hewan pasti makan (premis mayor)
Kambing adalah hewan (premis minor)
Jadi : Kambing akan makan (konklusi

Penalaran Induktif

           Penalaran Induktif adalah proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan menghasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.

            Contoh :

         Premis  1: Kerbau punya mata. 
         Premis  2: Anjing punya mata.  
         Premis  3: Kucing punya mata  
         Konklusi : Setiap hewan punya mata
           
           Macam-Macam Penalaran Deduktif

           Silogisme

           Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.

           Contoh :

         Premis  1: Semua makhluk hidup pasti mati
         Premis  2: Komodo adalah hewan yang dilindungi.  
         Konklusi : Komodo pasti akan mati
            
            Jenis-jenis Silogisme

           a. Silogisme Katagorial   
           b. Silogisme Hipotetik   
           c. Silogisme Alternative 
           d. Entimen 
           e. Silogisme Disjungtif 

         Macam-Macam Penalaran Induktif
         
         Generalisasi
         
         Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.

         Contoh :

         Premis 1  : Jika ada udara, manusia akan hidup.
         Premis 2  : Jika ada udara, hewan akan hidup.
         Premis 3  : Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
           Konklusi  : Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
    
         Analogi

         Dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.

          Contoh :  

           Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.

           Jenis-jenis Analogi     
           
           a. Analogi Induktif
           b. Analogi Deklaratif
         

 
Copyright (c) 2010 Belajar itu Indah and Powered by Blogger.